
Kisah Masa Kecilku Bersama Teman_teman
Aku rindu masa-masa kecil dulu. Masa-masa yang telah lama
aku tinggalkan. Masa kecil yang penuh kenangan, menyenangkan, karena yang
menyakitkan tak pernah mau ku kenang, atau memang sebenarnya tak ada yang
menyakitkan. Ah… bagi ku sekarang, semua kisah masa kecil dulu menyenangkan.
Masa-masa yang aku habiskan di “Kampung ku yang bernama Koetroek city” (sebutan
rumah nenek yang dulu menjadi tempat tinggal ku, sebelum nenek meninggal,
sebelum rumah baru ku dibangun, 100 meter di sebelahnya). Masa-masa yang aku
habiskan bersama teman-teman, anak-anak kampung yang hanya kenal keceriaan itu.
Ai… betapa indahnya. Betapa besar anugerah Allah, anugerah pengalaman
hidup yang begitu mengesankan itu.
Akan aku goreskan kenangan itu, tidak hanya di dalam
ingatan, tapi juga dalam guratan kata-kata yang ku rangkai menjadi sebuah
kisah. Kisah masa kecil ku. Oh….begitu banyak, hingga aku bingung mulai
dari mana. Tapi selebihnya, menulis kisah ini begitu mengasyikkan. Perjalanan
mengenang masa lalu. Masa kecil di tanah leluhur, Tanah Jawa tercinta.
membuat pintu besi
Oke, mulai saja dari kegiatan ku sepulang sekolah (SD Roy
Ardiansyah). Jam 10, masih bisa dibilang pagi. Aku segera menaruh tas dan
berganti baju, tapi lebih seringnya hanya menaruh tas. Urusan ganti baju adalah
hal yang malas ku kerjakan, bisa berjam-jam beraktivitas baru aku mau ganti
baju, sampai kadang-kadang Ibu dan Bapak jadi marah-marah cuma perihal ganti
baju. Yach begitu lah aku. Anak bebal ini sangat sulit dinasehati, tapi
bukankan itu wajar bagi anak-anak seusia itu (beginilah anak bebal, selalu
mencari pembenaran di setiap kesalahannya).
Setelah ganti baju (atau tidak ganti baju) sepulang sekolah,
aku langsung menghampiri Mng uning (panggilan paman ku se umur hidup) yang
sibuk membuat macam-macam pagaer besi. Aku melihat Mang uning yang cekatan
membuat pintu besi. Bahan-bahan yang sederhana tapi mampu menghasilkan sesuatu
yang berharga. mang uning selalu bilang pada ku suruk aku bisa seperti
dia.
“gimana Roy mau ga nerusin usaha mamang?”, tanya Mang uning.
Aku mengangguk, “
“bener nih mau ga?”kata Mnag uning.
Aku bilang ea Mang insya Allah Roy ngikutin mamang, “.
mamang tersenyum dan mulai mengajariku mengelas. Setelah aku
belajar, Aku kaget melihat kilaw yah elasan. Setelah itu, aku pun mulai bisa
mengelas,biar kata baru belajar hhheee. Pagi hari aku suruh mang uning ikut
masang pagar yang sudah jadi. Aku pun bingung harus bagaimana.Mang uning untung
berbaik hati pada ku mau berbagi ilmu kepada ku.selesai lah pagar yang sdah aku
pasang. aku pun dapat sedikit uang dari mang uning. kata mang uning aku harus
terus belajar bener-bener, tak pernah mang uning memarahi ku
).aku berterima
kasih banget sama mang uning sudah di ajari mengelas.biar kata mata aku
bengkak-bengkak terkena sinar lasannya..

Masih Dunia Lain..
Setelah Setelah aku nunggu'n konter, biasanya aku menonton
TV. Apalagi acara jam 12:15 kalau bukan Masih Dua dunia. Ya… film yang suka ada
yang ke surupan, Aku aga takut sih lihatnyah (saat itu aku punya satu sodara,
Acara itu biasanya di putar di stasiun TV swasta, sebut saja TRANS 7. Kadang
lucu lihat yang ke surupan, kadang juga menyeramkan, tapi semuanya menarik
bagiku. Gaya yang ke surupannya bagus banget ektingnyah, sampe-sampe aku ga
bisa tidur, ke bayang-bayang terus, kalaw ada aja di sebelah ku.ga
kebayang aku bisa mati berdiri, celingak-celinguk saat orang yang ke surupannya
makin berutal.aku tegang sekali lihatnya.eh dah tegang-tegang malah bersambung
film yah.heee besok juga masih ada lagi sih..
Masak-Masakan
Setelah aku bangun pagi, sendiri atau bersama teman. Jika
sendirian, aku langsung masak. Kadang membuat telor ceplok. Kadang kadang masak
mie campuran sesim, kalw bersama temen-temen aku biasanya ga masak paling beli
bubur di langganan ku "mang Muti".
aku pun mulai beraktipitas seperti biasa bersama teman-teman
ku,jika teman-temen ku ga mau keluar aku terpaksa nonton tv.biar kata aku main
sendirian.
Bermain di Lapangan
Hampir tiap hari, aku bermain dengan teman-teman kampungku.
Mereka ada banyak sekali. Kadang mereka membuatku tertawa, kadang menangis.
Tapi semuanya bagiku indah, semua yang aku lakukan bersama teman-teman
kampungku.
Kami punya tempat-tempat favorit untuk bermain. Kami biasa
bermain petak umpet, gobak sodor, kasti, beteng, atau patung-patungan di tanah
lapang yang terhampar di depan rumah teman-teman kampungku. Semuanya seru,
apalagi kalau sudah main kasti, Bapak-bapak dan Ibu-ibu penonton menyoraki dan
kadang tertawa terbahak-bahak melihat aksi kami. Sejatinya, permainan kasti
adalah memukul bola yang dilempar lawan sejauh-jauhnya, tapi yang kami lakukan
adalah melempar pemukul sejauh-jauhnya. Begitulah, permainan itu tak pernah
serius, tapi cukup untuk memuaskan hati kami. Setidaknya kami pernah mencoba
permainan Jepang itu, meski acak-kadut kami tak peduli, yang penting semuanya
Happy.
Bermain di Sawah
Tak jarang juga kami menyatu dengan alam, dengan
tumbuh-tumbuhan dan hewan. Meski siang-siang, terik matahari, panas, kami tak
peduli. Kami adalah sahabat matahari, tak ada yang perlu di takuti.
Salah satu kegiatan kami adalah membuat perangkap ikan di
parit-parit tengah sawah. Menggiring ikan-ikan kecil masuk ke dalam perangkap.
Berteriak senang saat mendapati perangkap terisi dengan ikan-ikan kecil
(meskipun sebenarnya yang kami dapat saat itu adalah kecebong-kecebong). Memasukkannya
dalam kantong plastik, bergantian memegangnya, memandanginya yang bergerak
gesit dalam air, dan bernyanyi riang menapaki pematang sawah yang becek. Ah…
hal sesederhana itu, mampu membuat hati kami berbunga-bunga.
Di sawah-sawah yang membentang luas, kami mencari ciplukan
(buah yang berbentuk bulat sebesar kelereng, berwarna hijau bila mentah, dan
berwarna coklat bila masak, rasanya amat manis). Sering juga kami menangkap
capung dan belalang, berlomba mengumpulkan sebanyak-banyaknya. Inilah salah satu
keahlian kami, menangkap capung dan belalang yang terkenal gesit, dengan tangan
kosong, dengan jurus yang mengejutkan, bagi hewan berkaki enam itu. Kami
memiliki keahlian menangkap capung dan belalang, tak peduli yang sedang terbang
di udara atau yang hinggap di ranting-ranting dan pucuk daun tanaman, kami bisa
menangkapnya, tanpa jaring.